Lewat imajinasinya yang kuat dan didukung riset yang baik, meski belum pernah mengunjungi tempat-tempat yang diceritakan dalam komiknya, Herge mampu mengisahkan setiap petualangan Tintin ke berbagai tempat di dunia, bahkan hingga ke bulan dengan cukup detail dan akurat. Lewat tangan Herge, Tintin bukan sekedar komik anak-anak yang memperlihatkan kekuatan otot, tetapi memperlihatkan pandangan dan sikap Tintin terhadap suatu permasalahan yang sedang mengemuka saat itu.
Cerita petualangan Tintin berawal dari diterbitkannya Les Aventures de Tintin, reporter du Petit "Vingtième", au pays des Soviets (Petualangan Tintin di Uni Soviet) sebagai komik strip dalam sisipan Koran Vingtieme yang terbit di Belgia pada tahun 1929-1930 dan dijadikan album tersendiri pada tahun 1930. Sejak itu mulai kurun waktu 1930-1986 muncul album-album komik berikutnya yang menceritakan petualangan Tintin di Kongo, Amerika, Mesir, China, Tibet, Australia hingga ke bulan. Total keseluruhan album Petualangan Tintin adalah sebanyak 23 buah plus sebuah karya terakhir Herge yang belum diselesaikan yaitu Tintin and Alph-Art tahun 1986.

Di bandara Kemayoran tersebut Tintin bertemu dengan seorang sahabat lamanya yang menjadi pilot seorang jutawan. Cerita kemudian berkembang ketika pesawat yang ditumpangi Tintin dibajak dan terdampar di suatu tempat di Indonesia. Pada buku ini Herge menuliskan beberapa percakapan dalam bahasa Indonesia, termasuk penyebutan sambal bajak (ulek) untuk menyebut makanan dari Jawa.
Kita tentu saja senang bahwa Indonesia menjadi salah satu setting cerita dari komik yang telah mendunia tersebut. Penyebutan nama Indonesia tersebut merupakan bukti nyata bahwa sudah sejak lama Indonesia dikenal oleh masyarakat Belgia. Lewat komik Tintin masyarakat Belgia mengenal kota Jakarta, bandara internasional Kemayoran, bahasa Indonesia, komodo dan sambal bajak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar